Hama Blast di Sempot Bersama di Banjarharjo


Brebes - Belajar dari pengalaman pahit tahun 2017/2018, petani di Kabupaten Brebes khususnya Desa Cikuya, Kecamatan Banjarharjo. (30/01/2019)

Gerdal Organisne Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilahan sawah seluas 10 ha pada usia tanam padi 35-40 hari setelah tanam. "Gotong royong bersama BPP Banjarharjo, Kepala Desa, PPL, Babinsa berserta 35 orang petani melakukan penyemprotan fungisida di sawah," kata Kasturi, Ketua Kelompok Tani Subur  Desa Cikuya saat dimintai keterangan.
Disampaikan oleh Kasturi sebelum penyemprotan fungisida, bahwa seluruh petani mengeluh kepada BPP Banjarharjo untuk melakukan tindakan dengan hadirnya hama blast di desa ini, oleh karenanya Poktan Tani Subur sangat senang dan antusias dalam penyambutan dan gotong-royong pembasmian blast. Tutur Kasturi berkaca-kaca mata bahagianya.
Penyakit blast sejatinya sudah lama dikenal sebagai salah satu penyakit yang menyerang tanaman padi, penyakit blas diperkirakan muncul sejak tahun 5000 SM di Asia yang merupakan kawasan asal munculnya tanaman padi. Disampaikan oleh Casman Ketua PPL Desa Cikuya.
Dalam perjalanannya penyakit yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae ini menjadi ancaman serius bagi tanaman padi di banyak negara. Epidemi blas pernah terjadi di China tahun 1634, Jepang tahun 1704, Italia (1828), Amerika Serikat (1876) dan India (1913). “Blas punya potensi menjadi epidemi dalam skala luas atau pandemi.

Di Indonesia sendiri sebelum 2007 blas belum menjadi penyakit penting pada tanaman padi. Sebelum tahun itu, blas dikenal sebagai penyakit yang menyerang padi gogo. Namun antara tahun 2001-2017, serangan blas meningkat hingga 12 kali lipat dan menjadi ancaman serius. “Tahun 2018 sudah menjadi OPT (organisme pengganggu tanaman) utama padi,” terang Casman.
Terjadinya duplikasi lingkungan tanaman padi gogo pada padi sawah akibat teknik budidaya yang tak selaras alam menjadi penyebab blast menyerang padi sawah. pola pertanian dengan menggunakan pupuk kimia tak seimbang, herbisida, fungisida, dan pestisida telah membuat lingkungan sawah menjadi serupa dengan lingkungan padi gogo yaitu kadar kalium (K) tersedia lebih rendah, nitrogen (N) dalam bentuk NO3 karena air terbatas, penggunaan pupuk N berlebihan, dan Mikroba menguntungkan dalam tanah tidak berkembang baik karena bahan organik kurang.
Penyakit blast pada padi sawah dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan, malahan pada benih padi pun sudah mulai terinfeksi penyakit blast. Dari data International Rice Research Institute (IRRI), pada tahun 1975 sudah ada 250 ras/varian genetis penyakit blas. Penyakit ini memang mampu untuk dengan cepat membentuk ras baru.
Saat kondisi lingkungan mendukung satu siklus penyakit blas hanya membutuhkan waktu 1 minggu dan sangat mudah menyebar lewat udara, siklus ini dimulai dari spora jamur yang menginfeksi tanaman kemudian menghasilkan bercak daun pada tanaman padi dan siklus ini berakhir sampai bersporulasi untuk menyebarkan spora yang baru lewat udara.
Satu bercak pada daun yang terinfeksi akan tumbuh dan menghasilkan spora jamur baru sampai ratusan hingga ribuan dalam satu malam. Mudahnya jamur Pyricularia oryzae melakukan mutasi menjadi penyebab blas sangat tahan terhadap penggunaan fungisida.

Diakhir kegiatan tersebut Ketua PPL dan Poktan yang hadir sangat berterima kasih karena kegiatan penyemprotan fungisida ini didampingi oleh TNI, Khususnya Babinsa Koramil 14/Banjarharjo yang dengan senang hati melakukan bersama-sama dilahan milik rakyat. (Utsm0713)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TNI Membentuk Mental, Kedisiplinan dan Jiwa Nasionalisme di Era Milenial

Ajak Siswa Yang Lulus Berperan Dalam Membangun Bangsa

Jembatan Darurat Dibuat di Jalan Poros Desa Mlayang-Manggis Sirampog Brebes